Mutasi Virus COVID-19

  

Mutasi Virus COVID-19

Assalamualaikum warrahmatullahi wabaraakatuh

Hai Bioners!!!

Selamat datang di Bisite, situs milik Hima Biologi UHAMKA yang berisi info-info terkini, terpercaya, dan pastinya bermanfaat untuk kita semua. Kali ini kita akan membahas mengenai Mutasi Virus COVID-19.

Yuk kita baca selengkapnya….



Mutasi merupakan perubahan materi genetik suatu sel yang diwariskan kepada keturunannya, tujuan dari mutasi ini untuk mempertahankan kehidupan dari virus itu sendiri. Meskipun proses mutasi tidak selalu menguntungkan.

Mutasi ini terjadi karena adanya perubahan asam amino yang menyebabkan perubahan struktur virus. Efeknya antibodi tubuh akan sulit untuk mengenali si mutasi virus ini.

        Mutasi virus Covid-19 masuk ke dalam kategori Varian of High Consequence yang menyebabkan gejala khas, akan tetapi PCR negatif. Hal tersebut akan membuat kegagalan diagnosis.

            Bagaimana pendapat ahli terkait mutasi covid-19?


        Ahli Virologi sekaligus Direktur Laboratorium KalGen Innolab, Andi Utama, Ph.D, menjelaskan bahwa virus merupakan makhluk hidup, karena dapat berkembang biak dan memiliki naluri bertahan hidup termasuk COVID-19. Selagi ada tempat untuk berkembang biak, virus yang sangat bergantung pada inangnya selalu berevolusi melalui mutasi.

        “Selama virus itu memiliki kesempatan berkembang biak, maka proses mutasi itu akan terus terjadi. Apalagi, material genetik dari virus ini adalah RNA, di mana mutasi RNA jauh lebih cepat daripada DNA,” ujar Andi dalam keterangannya pada Minggu.


B.1.1.7


B.1.1.7 merupakan varian virus corona yang pertama kali muncul di Inggris pada Desember 2020. Studi awal mengenai varian baru virus corona tersebut menunjukkan potensi peningkatan penularan dan rawat inap. Virus B.1.1.7 memiliki nama lain, seperti varian Kent atau virus Alpha. Disebutkan jika virus ini setidaknya lebih mudah menular daripada jenis yang pertama kali terdeteksi di China. Adapun sejumlah gejala dari varian baru virus corona Alpha ini yakni:

    • Demam
    • Batuk
    • Sulit bernapas
    • Menurunnya fungsi indera pengecap dan penciuman
    • Keluhan pada saluran pencernaan

NeoCov

Baru-baru ini Peneliti China sekali lagi menemukan varian terbaru dari Covid-19 yang dikenal sebagai virus NeoCov. Varian virus ini akan menjadi "sepupu" dari varian Omicron. Penyebaran NeoCov sendiri pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dengan spesies pembawa yang sama dengan Covid-19 yaitu kelelawar.  NeoCov hanya membutuhkan satu mutasi untuk "memasuki" sel manusia. 

 Jadi seberapa bahayakah varian NeoCov? Salah satu peneliti dari laboratorium Wuhan menganggap NeoCov adalah varian virus corona yang  mematikan. Menurut hipotesis mereka NeoCov mampu membunuh satu dari  tiga orang yang terinfeksi. Mereka juga mencatat bahwa infeksi NeoCov tidak dapat dinetralisir silang oleh antibodi dari SARSCov2 atau MERSCoV.

Namun, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa NeoCov bukanlah varian baru virus corona yang menyebabkan Covid-19 NeoCov lebih berkaitan dengan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV), penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Meskipun sama-sama dari virus corona, Mers-CoV dan Covid-19 merupakan penyakit yang berbeda.


Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa mutasi merupakan perubahan materi genetik suatu sel yang diwariskan kepada keturunannya, tujuan dari mutasi ini untuk mempertahankan kehidupan dari virus itu sendiri. Meskipun proses mutasi tidak selalu menguntungkan.

Proses terjadinya mutasi virus covid-19 terjadi.

Mutasi ini terjadi karena adanya perubahan asam amino yang menyebabkan perubahan struktur virus. Efeknya antibodi tubuh akan sulit untuk mengenali si mutasi virus ini. Mutasi virus Covid-19 masuk ke dalam kategori Varian of High Consequence yang menyebabkan gejala khas, akan tetapi PCR negatif. Hal tersebut akan membuat kegagalan diagnosis. 


B.1.1.7 merupakan varian virus corona yang pertama kali muncul di Inggris pada Desember 2020. Studi awal mengenai varian baru virus corona tersebut menunjukkan potensi peningkatan penularan dan rawat inap. Virus B.1.1.7 memiliki nama lain, seperti varian Kent atau virus Alpha. Disebutkan jika virus ini setidaknya lebih mudah menular daripada jenis yang pertama kali terdeteksi di China.


NeoCov. Varian virus ini akan menjadi "sepupu" dari varian Omicron. Penyebaran NeoCov sendiri pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dengan spesies pembawa yang sama dengan Covid-19 yaitu kelelawar.  NeoCov hanya membutuhkan satu mutasi untuk "memasuki" sel manusia. Jadi seberapa bahayakah varian NeoCov? Salah satu peneliti dari laboratorium Wuhan menganggap NeoCov adalah varian virus corona yang  mematikan. Menurut hipotesis mereka NeoCov mampu membunuh satu dari  tiga orang yang terinfeksi.


Semoga apa yang coba kita ulas kali ini bermanfaat buat Bioners semua yaa😄 Biar ga ketinggalan insight-insight baru dan menarik tetap pantengin teruss Bisite Hima Biologi UHAMKA🔔



Penulis         : 
- Bintang Cendekia Bakhita
- Tatiana
- Widia Anggraeni
- Elgi Selvivandiari

Komentar

Postingan populer dari blog ini